Lima buah kelereng
digantungkan masing-masing dengan seutas benang pada bilah bambu dengan jarak
beberapa senti. Panjang benang kelereng A sama dengan panjang benang kelereng
D. kelimanya awalnya dibiarkan diam. Lalu kelerang A dibuat berayun. Menarik,
beberapa saat kemudian kelereng D ikut berayun. Sementara kelereng yang lain
tetap diam.
Itu praktikum yang
diperagakan oleh ibu wali kelas waktu saya duduk di bangku SD. “Anak-anak, ini
dinamakan peristiwa resonansi” jelas beliau.
Beranjak SMA kami
diajak mempelajari tentang gelombang radio. “Pernahkah kalian bertanya
bagaimana bisa kalian mendengarkan siaran radio di suatu tempat, sementara sang
penyiar menyiarkannya nun jauh bermil-mil di sana. Padahal tidak ada kabel yang
menghubungkan mereka?” Tanya guru fisika. “Ini karena stasiun radio mengubah
suara yang dihasilkan menjadi gelombang radio yang berada di frekuensi
tertentu. Sementara pesawat radio yang kalian miliki dilengkapi dengan antena
untuk menangkap frekuensi tersebut. Radio kemudian memiliki tune yang terdiri
dari bangunan sirkuit yang bisa dirubah-rubah menyesuaikan dengan frekuensi
mana yang diinginkan.” Lanjut beliau. “Ini juga merupakan fenomena resonansi”.
“Kenapa suara bisa
terjadi?” beranjak mahasiswa saya kemudian dikenalkan bahwa di tubuh manusia
juga terjadi fenomena yang sama.
Pada pita suara manusia
terdapat udara. Ketika berbicara maka pita suara jadi bergetar dan udara
tersebut jadi ikut bergetar. Oleh karena selaput suara dengan udara bergetar
seimbang, maka suara manusia terdengar jelas dan nyaring.
Ini juga adalah "resonansi"
Lebih jauh ke tingkat
sel dan molekuler. Diketahui tubuh manusia terdiri dari atom-atom. Di dalam
intinya terdapat proton yang memiliki sifat elektromagnetik. Masing-masing
organ akan memancarkan sinyal elektromagnetik dengan frekuensi yang
berbeda-beda. Mirip seperti radio, pancarannya pun bisa diterima oleh yang
lain. Di bidang fisika kedokteran, aplikasi ini dimanfaatkan salah satunya
untuk pencitraan detil anggota tubuh melalui Magnetic Ressonance Imaging atau
MRI. Dasar fisikanya, sekali lagi adalah: "resonansi"
Konsep korespondensi
tubuh pada tangan dan kaki ketika ditemukan titik nyerinya melalui penekanan,
selanjutnya di terapi dengan seed, warna dan ataupun magnit maka akan
memberikan resonansi pada titik tersebut dan mengalirkan energi kebagian tubuh
maupun organ yang sakit untuk dilakukan proses penyembuhan....
Korespondensi menjadi
point pertama yang esensi dari teknik terapi Sujok. Untuk mengetahui nya secara
mendalam maka ikuti
Workshops ISA Standard 3-9 Maret 2019 di Cico Resort Bogor.
Hubungi 08122530833
Widdy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar