Sabtu, 09 Maret 2019

RESONANSI Dalam Therapy


Lima buah kelereng digantungkan masing-masing dengan seutas benang pada bilah bambu dengan jarak beberapa senti. Panjang benang kelereng A sama dengan panjang benang kelereng D. kelimanya awalnya dibiarkan diam. Lalu kelerang A dibuat berayun. Menarik, beberapa saat kemudian kelereng D ikut berayun. Sementara kelereng yang lain tetap diam.

Itu praktikum yang diperagakan oleh ibu wali kelas waktu saya duduk di bangku SD. “Anak-anak, ini dinamakan peristiwa resonansi” jelas beliau.

Beranjak SMA kami diajak mempelajari tentang gelombang radio. “Pernahkah kalian bertanya bagaimana bisa kalian mendengarkan siaran radio di suatu tempat, sementara sang penyiar menyiarkannya nun jauh bermil-mil di sana. Padahal tidak ada kabel yang menghubungkan mereka?” Tanya guru fisika. “Ini karena stasiun radio mengubah suara yang dihasilkan menjadi gelombang radio yang berada di frekuensi tertentu. Sementara pesawat radio yang kalian miliki dilengkapi dengan antena untuk menangkap frekuensi tersebut. Radio kemudian memiliki tune yang terdiri dari bangunan sirkuit yang bisa dirubah-rubah menyesuaikan dengan frekuensi mana yang diinginkan.” Lanjut beliau. “Ini juga merupakan fenomena resonansi”.

“Kenapa suara bisa terjadi?” beranjak mahasiswa saya kemudian dikenalkan bahwa di tubuh manusia juga terjadi fenomena yang sama.

Pada pita suara manusia terdapat udara. Ketika berbicara maka pita suara jadi bergetar dan udara tersebut jadi ikut bergetar. Oleh karena selaput suara dengan udara bergetar seimbang, maka suara manusia terdengar jelas dan nyaring.

Ini juga adalah "resonansi"

Lebih jauh ke tingkat sel dan molekuler. Diketahui tubuh manusia terdiri dari atom-atom. Di dalam intinya terdapat proton yang memiliki sifat elektromagnetik. Masing-masing organ akan memancarkan sinyal elektromagnetik dengan frekuensi yang berbeda-beda. Mirip seperti radio, pancarannya pun bisa diterima oleh yang lain. Di bidang fisika kedokteran, aplikasi ini dimanfaatkan salah satunya untuk pencitraan detil anggota tubuh melalui Magnetic Ressonance Imaging atau MRI. Dasar fisikanya, sekali lagi adalah: "resonansi"

Konsep korespondensi tubuh pada tangan dan kaki ketika ditemukan titik nyerinya melalui penekanan, selanjutnya di terapi dengan seed, warna dan ataupun magnit maka akan memberikan resonansi pada titik tersebut dan mengalirkan energi kebagian tubuh maupun organ yang sakit untuk dilakukan proses penyembuhan....

Korespondensi menjadi point pertama yang esensi dari teknik terapi Sujok. Untuk mengetahui nya secara mendalam maka ikuti 

Workshops ISA Standard 3-9 Maret 2019 di Cico Resort Bogor.
Hubungi 08122530833



Widdy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar